Merencanakan kehidupan
Hari ini,banyak pakar motifasi berkomentar tentang menikmati libur 'Idul fitri 1431 H. Menurut mereka, ternyata banyak orang lebih pandai merencanakan liburan daripada merencanakan kehidupannya.
Banyak orang merasa libur yang lima hari itu masih tidak cukup juga, sehingga hari ini mangkir, tidak masuk kantor.
Banyak alasan kenapa hari ini belum masuk kantor, ada yang liburannya belum cukup.., ada yang masih capek habis jalan-jalan, ada juga yang karena jalanan macet ketika kembali dari kampung halaman.
Mengamati kenyataan diatas, sebenarnya argument bahwa banyak orang lebih pintar merencanakan liburan juga tidak sepenuhnya bisa diterima. Kalau memang liburan terencana dengan baik, tentu tidak ada alasan untuk mangkir dan masuk kantor terlambat.
Untuk merencanakan liburan selama lima hari pun kita tak cukup piawai, apalagi merencanakan kehidupan yang mungkin akan berlangsung 40 atau 50 tahun kedepan ?
Sesungguhnya..., sejak kapan sih kita harus menyusun rencana kehidupan ? Apakah semakin dini rencana tersebut disusun, maka semakin baikkah kehidupan yang akan kita jalani ?
Kalau umur sudah mendekati empat puluh, masihkah ada kesempatan untuk menyusun rencana ?
Ya Tuhan, berilah kami petunjuk,kesempatan dan pertolonganMu........
Semakin banyak kita berbagi, maka kita akan semakin kaya. Semakin banyak pengetahuan dan wawasan yang kita bagikan kepada sesama, maka akan semakin banyak pengetahuan yang kita terima dan wawasan pun semakin luas, karena orang lain pun akan membagikan pengetahuan dan wawasannya untuk kita. Syaratnya, kerelaan untuk berbagi dan keterbukan hati untuk menerima pendapat orang lain, yang mungkin saja berbeda pandangan.
Senin, 13 September 2010
Jumat, 02 Juli 2010
Berpikir diluar kotak -3
Ngomong tentang kotak, pikiran saya langsung membayangkan tentang sebuah benda berbentuk segi empat, keras dan massive.
Itu juga yang terpikir oleh saya waktu mengikuti training personal development, yang salah satunya membicarakan tentang "berpikir diluar kotak". Jadi kini kita akan bicara tentang kotak macam apa yang ada dalam pikiran kita.
Kotak disini bisa didefinisikan sebagai sesuatu yang membatasi cara kita berpikir dan bertindak. Pembatas-pembatas imajiner itu bisa terdiri dari berbagai macam material, dimana sementara ini saya baru berhasil mengidentifikasi 5 jenis,yaitu :
1. Peraturan-peraturan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis.
2. Resiko.
3. Rasa takut.
4. Rasa malas.
5. Kurangnya pengetahuan / kebodohan.
Untuk mengetahui pengejawantahan dari masing-masing merk dan jenis kotak, nanti kita bisa ngerumpi lebih lanjut. Mungkin juga suatu saat nanti, kita akan ngobrol tentang bedanya berkipir diluar kotak dengan bertindak di luar kotak. Salam.
Itu juga yang terpikir oleh saya waktu mengikuti training personal development, yang salah satunya membicarakan tentang "berpikir diluar kotak". Jadi kini kita akan bicara tentang kotak macam apa yang ada dalam pikiran kita.
Kotak disini bisa didefinisikan sebagai sesuatu yang membatasi cara kita berpikir dan bertindak. Pembatas-pembatas imajiner itu bisa terdiri dari berbagai macam material, dimana sementara ini saya baru berhasil mengidentifikasi 5 jenis,yaitu :
1. Peraturan-peraturan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis.
2. Resiko.
3. Rasa takut.
4. Rasa malas.
5. Kurangnya pengetahuan / kebodohan.
Untuk mengetahui pengejawantahan dari masing-masing merk dan jenis kotak, nanti kita bisa ngerumpi lebih lanjut. Mungkin juga suatu saat nanti, kita akan ngobrol tentang bedanya berkipir diluar kotak dengan bertindak di luar kotak. Salam.
Selasa, 29 Juni 2010
Berpikir diluar kotak 2
Pada tulisan lalu saya baru ceritakan tentang pengalaman dalam sebuah training yang membahas tentang berpikir diluar kotak.
Saat itu, setelah training selesai pun sesungguhnya saya belum mengerti betul makna dan arti dari “berpikir diluar kotak”. Secara dangkal dan simple saya paham, maksudnya adalah berpikir berbeda dari yang lain, lebih kreatif menggali kemungkinan-kemungkinan dan meniadakan batasan –batasan semu yang sering kita bayangkan, yang sesungguhnya tidak ada.
Saat itu saya ingat, bahwa dalam post test yang dilakukan setelah training, saya punya skor yang cukup lumayan, nomor 2 terbaik. Saat itu sih saya merasa bangga, dianggap sebagai orang yang mampu menyerap materi training dengan baik.
Belakangan baru saya sadar bahwa saat itu sesungguhnya saya belum paham bener tentang jargon “berpikir diluar kotak” ini. Mau tahu apa yang bikin saya sadar ? Saya sadari hal ini justru ketika saya melihat beberapa teman yang saat itu kualitas hidupnya setara dengan saya atau bahkan mungkin sedikit dibawah, saat ini ternyata sudah jauh diatas saya. Padahal setahu saya waktu itu mereka tidak dapat kesempatan untuk ikut training yang saya ikuti. Kenapa saat ini kualitas hidup mereka jadi lebih baik ?
Setelah direnungi , rupa-rupanya saya , sejak keluar dari ruang training sampai dengan saat ini, hanya sekedar berpikir dan berpikir, sekedar memahami teori, tapi tidak pernah berani mengaplikasikan jargon berpikir diluar kotak. Berpikir diluar kotak hanya ada dalam mimpi-mimpi saya saja….., padahal kita bukan hidup di alam mimpi, tapi kita hidup di alam nyata.
Sementara, teman – teman saya tadi meskipun tidak pernah tahu teori atau jargon “berpikir diluar kotak “ secara formal, tapi ternyata mereka telah melakukan tindakan dan langkah diluar kotak tanpa banyak mikir.
Lha saya…? Mikar-mikir terus tapi nggak pernah berani melakukannya. Kenapa begitu ? sepertinya ini masalah mental, masalah mindset (teori tentang mindset yang saya peroleh setahun lalu dari sebuah seminar ). Yaaa…, Memang butuh mental kuat dan keberanian untuk melangkah keluar dari kotak.
Wuihh…., dari tadi ngomong soal kotak, kotak dan kotak. Sesungguhnya kotak seperti apa sih yang dimaksud ? kita nantikan di tulisan selanjutnya.
Minggu, 27 Juni 2010
Who would not want to be rich?
Sure .., most people want to be rich ..., and can enjoy his wealth.
But if everyone who 'said he' wanted to be rich could have become rich ..?
We are all understand, the origins of success, possessions and wealth. All of it belongs to God Almighty, Almighty Allah. But why there are given very little, little, moderate, many, very many and moore muannny.
Questions are currently hanging my thinking is, why ya why I'm not rich-rich ....? already work, frugality already, try running the edge of the business is already well ....., why still so-so alone?
After contemplating life's journey in the world, who have passed through a quarter-century and approaching half of this century, there are some things that managed to understand (it would be difficult to understand life):
First, had little time to teens receive much input from the environment that became the rich man did not calm her, trouble thinking about how to keep from thieves and robbers.
Second, in a crude and superficial understanding of the doctrine that the rich go to heaven at last.
Third, born from poor families and the environment is very simple-minded and without ambition. So do not know the joy of riches and think like the rich.
Fourth, Pain lazy side in a great variety of activities, especially relating to how to increase revenue, demanded the right lazy, lazy busy, lazy and stubborn to negotiate with people other and many other feeling lazy.
Fifth, the fear that haunts every step to be taken. Already have concepts, ideas and thoughts to increase revenue, but was afraid to realize. Fear of offending other people, afraid of breaking the rules, fear of disturbing the chance and fortune of others, fear of dealing with the authorities and various other kinds of fear.
Apparently, being rich or not it is affected by mental power. Ya Allah ..., when will thou thy grace bestows a form of MENTAL STRENGTH TO BE RICH?
Well, because so many rich people apparently also some risk.
But if everyone who 'said he' wanted to be rich could have become rich ..?
We are all understand, the origins of success, possessions and wealth. All of it belongs to God Almighty, Almighty Allah. But why there are given very little, little, moderate, many, very many and moore muannny.
Questions are currently hanging my thinking is, why ya why I'm not rich-rich ....? already work, frugality already, try running the edge of the business is already well ....., why still so-so alone?
After contemplating life's journey in the world, who have passed through a quarter-century and approaching half of this century, there are some things that managed to understand (it would be difficult to understand life):
First, had little time to teens receive much input from the environment that became the rich man did not calm her, trouble thinking about how to keep from thieves and robbers.
Second, in a crude and superficial understanding of the doctrine that the rich go to heaven at last.
Third, born from poor families and the environment is very simple-minded and without ambition. So do not know the joy of riches and think like the rich.
Fourth, Pain lazy side in a great variety of activities, especially relating to how to increase revenue, demanded the right lazy, lazy busy, lazy and stubborn to negotiate with people other and many other feeling lazy.
Fifth, the fear that haunts every step to be taken. Already have concepts, ideas and thoughts to increase revenue, but was afraid to realize. Fear of offending other people, afraid of breaking the rules, fear of disturbing the chance and fortune of others, fear of dealing with the authorities and various other kinds of fear.
Apparently, being rich or not it is affected by mental power. Ya Allah ..., when will thou thy grace bestows a form of MENTAL STRENGTH TO BE RICH?
Well, because so many rich people apparently also some risk.
Takut jadi orang kaya.... ?
Siapa sih yang nggak ingin kaya ?
Yakin deh.., sebagian besar manusia ingin kaya..., dan bisa menikmati kekayaannya.
Tapi apakah semua orang yang 'katanya' ingin kaya tadi bisa menjadi kaya ..?
Kita semua yahu, asal muasal kesuksesan, harta dan kekayaan. Semua itu adalah milik Tuhan Yang Maha Kuasa, Alloh SWT. Tetapi kenapa ada yang diberi sangat sedikit, sedikit, sedang-sedang saja, banyak, sangat banyak dan suaangaaaat buaaanyaakkk ?
Pertanyaan yang saat ini menggelayuti pemikiran saya adalah, kenapa ya kok saya nggak kaya-kaya....? kerja sudah, berhemat sudah, mencoba menjalankan usaha sudah juga....., tepi kenapa masih begini-begini saja ?
Setelah merenungi perjalanan hidup di dunia, yang sudah melewati seperempat abad dan mendekati setengah abad ini, ada beberapa hal yang berhasil dipahami (alangkah sulitnya memahami kehidupan):
Pertama, dulu waktu kecil sampai remaja banyak menerima input dari lingkungan bahwa menjadi orang kaya itu tidak tenang hidupnya, repot memikirkan bagaimana harus menajaga kekayaanya dari incaran maling dan rampok.
Kedua, memahami secara mentah dan dangkal tentang doktrin bahwa orang kaya masuk surga paling terakhir.
Ketiga, lahir dari keluarga dan lingkungan miskin yang berpikiran sangat sederhana dan tanpa ambisi. Jadi tidak tahu nikmatnya kekayaan dan berpikir seperti orang kaya.
Keempat,Rasa malas yang besar dalam berbagai sisi aktifitas, terutama yang berkaitan dengan cara meningkatkan pendapatan, malas menuntut hak, malas repot, malas harus bernegosiasi dan bersitegang dengan orang lain dan masih banyak rasa malas lainnya.
Kelima, Rasa takut yang menghantui dalam setiap langkah yang akan diambil. Sudah punya konsep, ide dan pemikiran untuk meningkatkan pendapatan, tetapi takut merealisasikan. Takut menyinggung orang lain, takut melanggar peraturan, takut mengganggu kesempatan dan rezeki orang lain, takut berurusan dengan aparat dan berbagai macam rasa takut yang lain.
Rupanya, menjadi kaya atau tidak memang sangat dipengaruhi oleh kekuatan mental. Yaa Alloh…, kapan akan Engkau limpahkan rahmat-Mu yang berupa KEKUATAN MENTAL UNTUK MENJADI ORANG KAYA ?
Yaa, karena jadi orang kaya sepertinya banyak juga resikonya.
Yakin deh.., sebagian besar manusia ingin kaya..., dan bisa menikmati kekayaannya.
Tapi apakah semua orang yang 'katanya' ingin kaya tadi bisa menjadi kaya ..?
Kita semua yahu, asal muasal kesuksesan, harta dan kekayaan. Semua itu adalah milik Tuhan Yang Maha Kuasa, Alloh SWT. Tetapi kenapa ada yang diberi sangat sedikit, sedikit, sedang-sedang saja, banyak, sangat banyak dan suaangaaaat buaaanyaakkk ?
Pertanyaan yang saat ini menggelayuti pemikiran saya adalah, kenapa ya kok saya nggak kaya-kaya....? kerja sudah, berhemat sudah, mencoba menjalankan usaha sudah juga....., tepi kenapa masih begini-begini saja ?
Setelah merenungi perjalanan hidup di dunia, yang sudah melewati seperempat abad dan mendekati setengah abad ini, ada beberapa hal yang berhasil dipahami (alangkah sulitnya memahami kehidupan):
Pertama, dulu waktu kecil sampai remaja banyak menerima input dari lingkungan bahwa menjadi orang kaya itu tidak tenang hidupnya, repot memikirkan bagaimana harus menajaga kekayaanya dari incaran maling dan rampok.
Kedua, memahami secara mentah dan dangkal tentang doktrin bahwa orang kaya masuk surga paling terakhir.
Ketiga, lahir dari keluarga dan lingkungan miskin yang berpikiran sangat sederhana dan tanpa ambisi. Jadi tidak tahu nikmatnya kekayaan dan berpikir seperti orang kaya.
Keempat,Rasa malas yang besar dalam berbagai sisi aktifitas, terutama yang berkaitan dengan cara meningkatkan pendapatan, malas menuntut hak, malas repot, malas harus bernegosiasi dan bersitegang dengan orang lain dan masih banyak rasa malas lainnya.
Kelima, Rasa takut yang menghantui dalam setiap langkah yang akan diambil. Sudah punya konsep, ide dan pemikiran untuk meningkatkan pendapatan, tetapi takut merealisasikan. Takut menyinggung orang lain, takut melanggar peraturan, takut mengganggu kesempatan dan rezeki orang lain, takut berurusan dengan aparat dan berbagai macam rasa takut yang lain.
Rupanya, menjadi kaya atau tidak memang sangat dipengaruhi oleh kekuatan mental. Yaa Alloh…, kapan akan Engkau limpahkan rahmat-Mu yang berupa KEKUATAN MENTAL UNTUK MENJADI ORANG KAYA ?
Yaa, karena jadi orang kaya sepertinya banyak juga resikonya.
Berpikir diluar kotak ........?
Dulu.... sekali, sekitar 7 tahun lalu atau bahkan lebih, saya pernah ikut sebuah training development. Salah satu point bahasannya adalah tentang "berpikir diluar kotak".
Tentang tema ini, acara dimulai dengan trainer membuat 4 titik dengan posisi bujur sangkar dan satu titik lagi ditengah bujur sangkar. Peserta diminta untuk membuat 4 arah coretan garis tanpa putus yang mampu menghubungkan kelima titik, tanpa mengangkat pena tentunya. Pada awalnya, banyak yang bingung...., mana mungkin ...?
Lama.... sampai beberapa menit tak ada yang berani maju ke papan tulis untuk menjawab soal ini. Saat itu, rasanya semua peserta berpikir untuk membuat garis bujur sangkar yang menghubungkan 4 titik, lha terus yang satu titik ditengah gimana caranya ? kan nggak boleh 5 arah coretan ?
Akhirnya sang trainer pun menyerah ....(aneh yaa.. trainernya yang nyerah), maka diungkapkanlah beberapa pancingan ke peserta, yaitu bahwa :
1. Saat itu tidak ada kotak bujur sangkar yang saling menghubungkan 4 titik, jadi tidak ada batasan apapun untuk menentukan arah garis.
2. Trainer tidak pernah mensyaratkan bahwa titik yang ditengah harus ada ditengah juga, jadi setelah diberi garis, bisa saja posisi titik tersebut ada dipinggir, baik atas, bawah , kiri maupun kanan.
3. Jangan membatasi diri dengan dinding pembatas atau aturan-aturan yang sesungguhnya tidak pernah ada.
Beberapa menit kemudian, seorang peserta maju. "Nekat orang ini....", batin saya. Tapi akhirnya semua tercengang dan tersenyum malu, karena ternyata apa yang dilakukan peserta tadi sesungguhnya sangat amat sederhana. Tapi ternyata itu yang diinginkan trainer. Nekat, dia berani melawan pemikiran bahwa langkah pertama adalah membuat garis yang membentuk bujur sangkar. Sebenarnya itu saja yang jadi awal kreatifitasnya.
Pada saat selesai training, banyak orang merasa mendapat ilmu baru. Merasa dirinya lebih kreatif, cerdas, dan mampu "berpikir diluar kotak". Tapi yang menjadi pertanyaan, apakah semua peserta sudah betul-betul memahami makna dari permainan tadi dalam kehidupan nyata? Apakah setelah training tadi semua peserta kemudian berubah pola pikir dan perilakunya ?
Pertanyaan - pertanyaan tadi akan terjawab pada tulisan berikutnya, semoga bisa segera terbit.
Selasa, 27 April 2010
Dinamis atau tidak terarah ??
Banyak orang tua (baca: dewasa)sering bertanya kepada anak-anak, terutama usia TK atau awal SD. " Cita-citamu apa sayaang... ?" Jawabannya macem-macem dan sering berubah - ubah. Kenapa yaa ? wajar aja...., namanya juga anak-anak, jadi jawabannya ya tergantung apa yang jadi trend saat itu.
Anak saya sudah berkali -kali ganti cita-cita. Pernah punya cita - cita ingin jadi tukang fogging karena saat itu lagi trend pengasapan nyamuk. Pernah juga pengin jadi polisi, karena saat itu lihat polantas dengan pakaiannya yang gagah di jalan raya. Yang terakhir, ingin jadi Spiderman. Disini mulailah sikap dan perilaku berbahaya muncul, yaitu kepingin digigit laba-laba warna biru supaya bisa jadi spiderman, bisa loncat sana-loncat sini dengan bergantung pada sarang yang keluar dari tangan, persis yang di film.
Susah payah menjelaskan bahwa itu hanya ada di film, tetap saja si anak bertanya tentang jenis laba-laba warna biru. Keinginannya saat ini adalah, pengen bisa ke Amerika untuk ketemu sama pemeran Spiderman.
Dunia anak memang lucu, menyenangkan, dinamis, sekaligus menimbulkan kekhawatiran.
Yang jadi uneg-uneg adalah, sampai usia kapan anak-anak akan mempunyai cita -cita yang mapan dan tidak aneh-aneh. Perubahan cita-cita dan impian masa kecil memang menunjukkan betapa dinamisnya tumbuh kembang anak. Tapi kapan dan bagaimana kita sebagai orang tua mesti membimbing dan mengarahkan anak agar punya cita-cita yang baik dan sesuai dengan kemamuan dan keistimewaan anak ? Siapa bisa bantu...?
Anak saya sudah berkali -kali ganti cita-cita. Pernah punya cita - cita ingin jadi tukang fogging karena saat itu lagi trend pengasapan nyamuk. Pernah juga pengin jadi polisi, karena saat itu lihat polantas dengan pakaiannya yang gagah di jalan raya. Yang terakhir, ingin jadi Spiderman. Disini mulailah sikap dan perilaku berbahaya muncul, yaitu kepingin digigit laba-laba warna biru supaya bisa jadi spiderman, bisa loncat sana-loncat sini dengan bergantung pada sarang yang keluar dari tangan, persis yang di film.
Susah payah menjelaskan bahwa itu hanya ada di film, tetap saja si anak bertanya tentang jenis laba-laba warna biru. Keinginannya saat ini adalah, pengen bisa ke Amerika untuk ketemu sama pemeran Spiderman.
Dunia anak memang lucu, menyenangkan, dinamis, sekaligus menimbulkan kekhawatiran.
Yang jadi uneg-uneg adalah, sampai usia kapan anak-anak akan mempunyai cita -cita yang mapan dan tidak aneh-aneh. Perubahan cita-cita dan impian masa kecil memang menunjukkan betapa dinamisnya tumbuh kembang anak. Tapi kapan dan bagaimana kita sebagai orang tua mesti membimbing dan mengarahkan anak agar punya cita-cita yang baik dan sesuai dengan kemamuan dan keistimewaan anak ? Siapa bisa bantu...?
Sabtu, 24 April 2010
Lomba jadi orang kaya
Salah satu dagangan majalah FORBES adalah daftar kekayaan orang-orang kaya di seluruh dunia. Memang kreatif.....
Kata orang, syarat pokok menjadi kaya adalah kemampuan untuk mengubah benda apapun menjadi uang. Seperti sih usil amat yaa..., ngintip-ngintip kekayaan orang. Tapi justru disinilah uniknya pemilik forbes dalam menyulap informasi jadi uang. Kalimat "10 Richestman In The World" dalam headline majalahnya menjadikan banyak orang (pembeli majalah) menjadi penasaran. Semakin banyak orang yang penasaran maka semakin banyak pula yang beli, semakin banyak pula duit pemilik Forbes.
Kalau di Jawa dulu Sunan Bonang mengubah kolang-kaling jadi untaian emas dan membuat Sunan Kalijaga dan banyak orang terkagum-kagum, maka juragan Forbes tadi mampu mengubah keusilannya menjadi tumpukan emas. Inilah salah satu cara orang orang Amerika menyulap sesuatu jadi emas, dengan cara yang cerdas.
Mungkin kesepuluh orang tadi tak ada niat untuk saling berlomba mengumpulkan kekayaan, tapi gara-gara kelakuan tadi maka seakan mereka saling berlomba, dengan Forbes sebagai juri, yang secara tanpa disadari hal itu diakui banyak orang, dan apa yang dikatakannya dianggap legitimate. Karena sampai saat ini belum pernah terdengar ada yang protes karena tidak ditempatkan di nomor satu.
Mungkin ini lomba yang paling anteng, tanpa diprotes oleh pesertanya. Kecuali mungkin Forbes berani menampilkan kecurangan-kecurangan yang dilakukan orang kaya tadi.
Ngomongin orang kaya emang lebih enak.... besok dilanjut.
Kata orang, syarat pokok menjadi kaya adalah kemampuan untuk mengubah benda apapun menjadi uang. Seperti sih usil amat yaa..., ngintip-ngintip kekayaan orang. Tapi justru disinilah uniknya pemilik forbes dalam menyulap informasi jadi uang. Kalimat "10 Richestman In The World" dalam headline majalahnya menjadikan banyak orang (pembeli majalah) menjadi penasaran. Semakin banyak orang yang penasaran maka semakin banyak pula yang beli, semakin banyak pula duit pemilik Forbes.
Kalau di Jawa dulu Sunan Bonang mengubah kolang-kaling jadi untaian emas dan membuat Sunan Kalijaga dan banyak orang terkagum-kagum, maka juragan Forbes tadi mampu mengubah keusilannya menjadi tumpukan emas. Inilah salah satu cara orang orang Amerika menyulap sesuatu jadi emas, dengan cara yang cerdas.
Mungkin kesepuluh orang tadi tak ada niat untuk saling berlomba mengumpulkan kekayaan, tapi gara-gara kelakuan tadi maka seakan mereka saling berlomba, dengan Forbes sebagai juri, yang secara tanpa disadari hal itu diakui banyak orang, dan apa yang dikatakannya dianggap legitimate. Karena sampai saat ini belum pernah terdengar ada yang protes karena tidak ditempatkan di nomor satu.
Mungkin ini lomba yang paling anteng, tanpa diprotes oleh pesertanya. Kecuali mungkin Forbes berani menampilkan kecurangan-kecurangan yang dilakukan orang kaya tadi.
Ngomongin orang kaya emang lebih enak.... besok dilanjut.
Selasa, 13 April 2010
Pembebasan tanah
Tadi baca advertosial sebuah perusahaan developer rumah mewah dan kondominium di Njakarta. Disitu diomongin bahwa saat ini sedang dilakukan proses pembebasan tanah untuk keperluan perluasan cluster perumahan mewah yang sangat diminati konsumen.
Terus terah terang terus, saya sesungguhnya terkaget-kaget dengan istilah "pembebasan" tanah ini. Saya jadi inget dulu pernah kerja di perusahan yang banyak "makan" tanah, disitu ada Departemetn yang diberi nama Land Acquisition, yang menurut pengertian saya berarti tim akuisisi tanah. Akuisisi bisa berarti pengambilalihan, pemindahan hak atau penguasaan atas suatu obyek tertentu, baik dengan proses pembelian yang wajar ataupun dengan cara yang lain. Istilah ini masih jujur dan bisa dibilang nggak nganeh-anehi.
Kembali ke istilah pembebasan tanah tadi, istilah pembebasan memunculkan arti bahwa pada saat itu tanah dalam kondisi tidak bebas, alias banyak dihuni benalu atau penyakit yang mesti disingkirkan. Artinya para pemilik tanah yang asli ini jadi dianggap hama, benalu atau apa ?
Mbok iyaooo...., jangan pakai istilah pembebesan tanah gitu lho...., rasanya istilah pembelian lahan warga atau apa gitu lebih manusiawi, nguwongke dan berbudaya.
Salam.
Terus terah terang terus, saya sesungguhnya terkaget-kaget dengan istilah "pembebasan" tanah ini. Saya jadi inget dulu pernah kerja di perusahan yang banyak "makan" tanah, disitu ada Departemetn yang diberi nama Land Acquisition, yang menurut pengertian saya berarti tim akuisisi tanah. Akuisisi bisa berarti pengambilalihan, pemindahan hak atau penguasaan atas suatu obyek tertentu, baik dengan proses pembelian yang wajar ataupun dengan cara yang lain. Istilah ini masih jujur dan bisa dibilang nggak nganeh-anehi.
Kembali ke istilah pembebasan tanah tadi, istilah pembebasan memunculkan arti bahwa pada saat itu tanah dalam kondisi tidak bebas, alias banyak dihuni benalu atau penyakit yang mesti disingkirkan. Artinya para pemilik tanah yang asli ini jadi dianggap hama, benalu atau apa ?
Mbok iyaooo...., jangan pakai istilah pembebesan tanah gitu lho...., rasanya istilah pembelian lahan warga atau apa gitu lebih manusiawi, nguwongke dan berbudaya.
Salam.
Sabtu, 13 Maret 2010
Ada tikus mati kelaparan ......
Dulu, ketika guru sekolah dasar menceritakan peribahasa "Tikus mati kelaparan di lumbung padi" , saya sungguh bingung dan nggak percaya. Mana ada.......... , mana mungkiiin ...........?. Tikus kan binatang yang cerdas dan pantang menyerah.
Tapi sekarang, setelah dipikir - pikir kok ya mungkin saja terjadi. Lha wong namanya peribahasa, yang bisa ditarik ulur untuk diartikan apa saja, terserah yang punya bahasa.
Bisa saja tikus itu mati kelaparan di lumbung padi, soalnya dia bukan jenis tikus pemakan padi-padian. Atau bisa juga karena si tikus nggak tahu kalau padi itu enak dimakan ......., kalaupun tahu enak dimakan, si tikus nggak tahu gimana cara memakannya...., cara ngupasnya..... Soalnya sudah jelas kalau dimakan sama merangnya ya nggak enak. Lha ini ..... masalahnya, mirip sama yang terjadi pada manusia.
Katanya negeri ini gemah ripah loh jinawi, tapi kok banyak rakyatnya yang berada dalam kemiskinan, bahkan kurang gizi dan kelaparan. Bisa jadi karena begitu banyaknya orang yang nggak tahu gimana meraih dan memanfaatkan rejeki yang Allah sajikan di negeri ini...
Dan mungkin saya adalah salah satunya, sampai dengan saat ini , saya masih merasa menjadi orang yang selalu terlambat melihat peluang. Ataupun kalau saya sudah melihat peluang itu jauh-jauh hari sebelum orang lain, saya tidak punya keberanian dan kemampuan untuk meraih, mengambil, mengolah dan memanfaatkan peluang itu.
Contoh sederhananya ya di dunia maya ini, begitu banyak peluang untuk dapat rejeki....., tetapi tanpa terasa sudah empat tahun kenal internet tapi saya belum bisa berbuat apa-apa.........masyaAlloh...
Tapi sekarang, setelah dipikir - pikir kok ya mungkin saja terjadi. Lha wong namanya peribahasa, yang bisa ditarik ulur untuk diartikan apa saja, terserah yang punya bahasa.
Bisa saja tikus itu mati kelaparan di lumbung padi, soalnya dia bukan jenis tikus pemakan padi-padian. Atau bisa juga karena si tikus nggak tahu kalau padi itu enak dimakan ......., kalaupun tahu enak dimakan, si tikus nggak tahu gimana cara memakannya...., cara ngupasnya..... Soalnya sudah jelas kalau dimakan sama merangnya ya nggak enak. Lha ini ..... masalahnya, mirip sama yang terjadi pada manusia.
Katanya negeri ini gemah ripah loh jinawi, tapi kok banyak rakyatnya yang berada dalam kemiskinan, bahkan kurang gizi dan kelaparan. Bisa jadi karena begitu banyaknya orang yang nggak tahu gimana meraih dan memanfaatkan rejeki yang Allah sajikan di negeri ini...
Dan mungkin saya adalah salah satunya, sampai dengan saat ini , saya masih merasa menjadi orang yang selalu terlambat melihat peluang. Ataupun kalau saya sudah melihat peluang itu jauh-jauh hari sebelum orang lain, saya tidak punya keberanian dan kemampuan untuk meraih, mengambil, mengolah dan memanfaatkan peluang itu.
Contoh sederhananya ya di dunia maya ini, begitu banyak peluang untuk dapat rejeki....., tetapi tanpa terasa sudah empat tahun kenal internet tapi saya belum bisa berbuat apa-apa.........masyaAlloh...
Semangat
Berbulan-bulan sudah saya nggak posting. Kenapa ...? gara-garanya cuma kehilangan sebuah kata. Satu kata tapi bener-bener membuat saya nggak bisa posting, bener-bener nggak bisa, sungguh wal sungguhin. Bolak -balik bikin draft nggak ada yang pantes diposting.
Hampir semua aktifitas positif didunia maya ini diabaikan dan didiamkan. Punya email sampai numpuk nggak dibaca, akun FB dianggurin. Ikutan PTC juga gak nambah-nambah, sampai tadi siang diejek teman yang jauh lebih junior. Ratusan megabyte kuota dari M2 nggak dimanfaatkan, alias kebuang nganggur. Konyol.....
Duit lagi susah tapi buang-buang pulsa, buang-buang kesempatan dan buang banyak hal. Hari ini, mau nggak mau harus mau, bisa nggak bisa harus bisa, yaitu mulai untuk berubah.
Langkah pertama : Cari lagi satu kata yang hilang. Heeiiiiiiii......... dimanakah engkau SEMANGAT .....?
Hampir semua aktifitas positif didunia maya ini diabaikan dan didiamkan. Punya email sampai numpuk nggak dibaca, akun FB dianggurin. Ikutan PTC juga gak nambah-nambah, sampai tadi siang diejek teman yang jauh lebih junior. Ratusan megabyte kuota dari M2 nggak dimanfaatkan, alias kebuang nganggur. Konyol.....
Duit lagi susah tapi buang-buang pulsa, buang-buang kesempatan dan buang banyak hal. Hari ini, mau nggak mau harus mau, bisa nggak bisa harus bisa, yaitu mulai untuk berubah.
Langkah pertama : Cari lagi satu kata yang hilang. Heeiiiiiiii......... dimanakah engkau SEMANGAT .....?
Selasa, 19 Januari 2010
Ke Bandar Lampung
Hari ini, ~setelah sekian lama menunggu~ akhirnya saya ke mBandar Lampung juga. Sesungguhnya niat mau ke sini udah dari seminggu lalu. Ada temen yang dirawat di Urip. Kerjaan yang bertumpuk tak kunjung memberi kesempatan. Syukur alhamdulillah, hari ini akhirnya kesampaian juga.
Tapi sayang banget, tadi sore nelpon dokternya , malah dapat kabar orang nya udah pulang ke Kalianda alias Suak bin Hatchery sana. Yaa........ memang nasib. wong mau nengok orang sakit kok ya susah ngatur waktunya.
Ya Allah..., semoga niat baik ini tetap tercatat sebagai sebuah tindakan kebajikan......, amiin.
Tapi sayang banget, tadi sore nelpon dokternya , malah dapat kabar orang nya udah pulang ke Kalianda alias Suak bin Hatchery sana. Yaa........ memang nasib. wong mau nengok orang sakit kok ya susah ngatur waktunya.
Ya Allah..., semoga niat baik ini tetap tercatat sebagai sebuah tindakan kebajikan......, amiin.
Langganan:
Postingan (Atom)