Senin, 17 Agustus 2015

Bersiap untuk pulang kampung setiap saat

Dikutip dari situs moslemforall.com : Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Bahwa Malaikat Maut Memperhatikan Wajah Manusia di Muka Bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang Merenungi Wajah Seseorang, didapati orang itu Sedang Bergelak-Ketawa. Maka Berkata Izrail : ‘Alangkah Herannya aku Melihat orang ini, Padahal Aku diUtus oleh Allah untuk Mencabut Nyawanya Kapan saja, Tetapi dia Masih Terlihat Bodoh dan Bergelak ketawa.”

Seorang Sahabat Pernah Bertanya : “Wahai Rasulullah, Siapakah orang Mukmin yang paling Cerdas ?” Rasululloh SAW Menjawab: “Yang paling banyak Mengingat Mati, Kemudian yang Paling Baik dalam Mempersiapkan Kematian tersebut, itulah orang yang paling Cerdas.
[HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy] – “MARI KITA SELALU INGAT ALLAH dan INGAT MATI dan JANGAN BER-SENANG2 YANG BERLEBIHAN”

Membaca artikel diatas, yang pertama harus kita lakukan adalah meyakininya. Kalau kita nggak meyakini hadits tersebut, rasa nya sulit untuk sadar bahwa kita harus bersiap kapanpun juga untuk menghadapi kematian. Kita diintai 70 kali dalam sehari, sholat saja cuma lima kali dalam sehari, masih ditunda-tunda juga, bahkan kadang lewat.

Tapi ngomong – ngomong, apa sih yang mesti kita siapkan untuk menghadapi kematian ?

  • Kematian ibarat orang pulang kampung. Orang pulang kampung untuk selamanya, jadi mesti bawa bekal berupa amal, ibadah dan kebajikan yang cukup untuk biaya hidup disana, karena acara disana adalah menikmati bekal yang kita bawa dari tanah rantau, kita nggak bisa lagi mengumpulkan bekal disana, yang bisa kita tunggu hanya kiriman dari anak-anak kita yang sholeh, ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah yang kita tinggalkan. 
  • Sayangnya, pulang kampung yang ini tidak bisa dipastikan bahwa anak istri ikut pulang kampung bersamaan. Bisa jadi kita berangkat duluan dan anak istri masih tinggal di tanah rantau (dunia). Seorang kepala keluarga yang “pulang kampung” tanpa meninggalkan bekal yang cukup bagi anggota kelurga adalah sebuah kenestapaan. Bekal itu bisa berupa ilmu yang bermanfaat, pendidikan agama dan keimanan yang kuat. Yang tak kalah penting, warisan berupa harta benda untuk biaya hidup, biaya pendidikan dan segala kebutuhan dunia lainya, karena mereka yang kita tinggalkan pasti membutuhkannya.
Pertanyaan selanjutnya, sampai hari ini.... apa saja yang sudah kita persiapkan untuk diri kita, untuk anak dan istri kita ?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar