Minggu, 16 Agustus 2015

Enggan berasuransi

Membaca informasi yang dirilis Dewan Asuransi Indonesia berdasar data tahun lalu (2014), ditemukan fakta bahwa dari sekitar 240 juta penduduk Indonesia, yang faham asuransi jiwa ada 18 %. Cukup lumayan sesungguhnya. Persoalannya, ternyata yang kemudian membeli dan memiliki proteksi asuransi baru 12 %. Artinya, yang 6 % pada ngapain ?
Contoh yang mirip, kita tahu bahwa merokok itu membahayakan kesehatan, tapi kita tak mampu untuk segera  meninggalkan kebiasaan mengisap rokok. Penginnya sih  berhenti merokok, tapi besok, besoknya lagi .... dan lagi..  Sama kasusnya, kita faham bahwa asuransi jiwa itu penting, tapi kenapa kita tidak segera memiliki polis asuransi ? Padahal semakin kita menunda, semakin tua umur kita, untuk mendapatkan uang pertanggungan yang sama, semakin mahal biaya preminya.
Kenapa sih kita enggan berasuransi ?
Alasannya adalah :
  1. Merasa bahwa masih banyak kebutuhan lain yang lebih urgent dibanding membayar premi, dalam arti kita masih punya hobi menunda-nunda. Kita tidak menyadari secara penuh bahwa “musibah keuangan” (financial disaster)  dapat terjadi kapan saja, tanpa bisa minta dispensasi untuk ditunda.
  2. Kita masih belum bisa berpikir seperti ini : “Yang akan menikmati uang premi yang kita bayarkan adalah perusahaan asuransi dan agen, kita tidak banyak berpikir tentang manfaat yang akan kita terima  saat memiliki polis dan tertimpa musibah. 
  3. Padahal , kita bisa berpikir seperti ini : "Dengan membayar premi secara tabarru’ (charity), kita telah berbagi resiko dengan nasabah lain yang memerlukan, berarti kita membantu meringankan beban orang lain. Wajar kalau perusahaan asuransi mengambil sebagian uang premi kita, karena mereka perlu bayar karyawan, bayar listrik, beli kertas dan lain lain untuk melayani kebutuhan kita. Wajar bahwa agen asuransi dapat komisi, karena mereka telah bersusah payah memberikan penjelasan tentang pentingnya asuransi kepada kita, menyediakan waktu ,  tenaga dan pikirannya ketika kita butuh konsultasi tentang asuransi dan membantu kita saat mengajukan klaim.” 
  4. Cerita tentang kasus salah beli asuransi oleh orang yang kita kenal membuat kita merasa bahwa asuransi itu mubazir, tidak bermanfaat. Padahal sesungguhnya kasusnya adalah salah beli, yang mana ini bisa disebabkan oleh agen yang tidak meminta data calon nasabah secara menyeluruh dan memberikan penjelasan berbagai macam produk asuransi secara detail. Dari sini muncul generalisasi bahwa asuransi tidak bermanfaat.
Demikian cerita ini, semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar