Minggu, 19 Juli 2015

REVIEW KEUANGAN KELUARGA PASCA LEBARAN



Rasa-rasanya ...., ketika menonton siaran pers Kemenag untuk menentukan 1 Syawal 1436 H, sepertinya baru beberapa hari saja  menonton siaran pers Kemenag untuk menentukan 1 Ramadhan 1436 H baru. Waktu berlalu begitu cepat, secepat perginya uang THR yang dibagikan pada minggu pertama bulan Juli 2015.

Ngomong tentang  gajian dan THR, yang waktunya berdekatan ~ artinya kita menerima pemasukan hampir dua kali lipat pada bulan ini~, secara teori kita bakal punya uang lebih pada akhir bulan. Akan tetapi,  coba kita lihat kembali rekening kita seminggu  setelah lebaran. Seperti apakah kondisinya ?  Adakah sisa anggaran yang bisa kita alokasikan untuk saving ? atau ternyata kurang lebih sama seperti kondisi kas sebulan yang lalu ? atau bahkan justru defisit karena banyaknya biaya tak terencana ?

Ayo...., ndak ada salahnya kita review ..., apa saja yang telah terjadi dalam sebulan terakhir.
1.      Puasa adalah momen untuk menahan diri dari lapar dan haus , sebagai refleksi dari evaluasi dan pengendalian diri terhadap segala hawa nafsu. Tapi apa yang terjadi ?
a.      Berbuka dan sahur dengan kualitas gizi yang lebih baik itu sungguh lebih bagus, tapi apakah jumlahnya sesuai kebutuhan atau sesuai keinginan ? Terkadang buka puasa seperti balas dendam, 2 mangkuk sop buah ludes dalam 5 menit sebelum shalat magrib (itu saya.... ndak tau kalau yang lain). Jika tidak sedang puasa, sop buah 1 mangkuk juga belum tentu seminggu sekali kita nikmati. Sahur pun begitu..., kalo lauknya ndak istimewa rasanya ndak “greng...” , padahal kalau sarapan pagi biasanya cukup nasi uduk polos.
b.      Iming-iming segala macam jajanan yang digelar diberbagai tempat,  yang khusus muncul di bulan ramadhan juga sangat menggoda iman . Rasanya semua mau diborong dan dimakan, kalau ndak beli rasanya kok aneh, wong dalam setahun cuma sebulan munculnya.  Jelas itu semua ndak gratis, ada anggaran keuangan yang terlibat disitu.

2.      Godaan berikutnya adalah dari para saudagar , melalui marketingnya yang handal dan mumpuni, menggoda kita untuk untuk membeli baju baru, sandal baru, sepatu baru, furniture baru, alat dapur baru dan keperluan lain untuk hari raya. Konon ada cerita bahwa omset penjualan sebelas bulan bisa dikalahkan oleh penjualan sebulan menjelang Idul Fitri.
3.      Pada minggu kedua bulan Ramadhan,  kita mulai hobi  berkunjung dari satu toko ke toko lain, satu mall ke mall yang lain, untuk memilih dan membeli baju lebaran , juga  keperluan untuk pulang kampung termasuk oleh-oleh untuk keluarga dan kerabat yang ada di kampung halaman.
4.      Karena ingin dianggap sebagai orang yang berhasil selama berada di tanah rantau, kadang kita tergoda juga untuk  membeli gadget baru, perhiasan baru atau membeli kendaraan baru untuk dibawa mudik.
5.      Berlibur di tempat wisata saat hari raya adalah salah fenomena yang juga berkembang seiring tradisi mudik. Para pemilik tempat wisata juga tak mau kehilangan kesempatan untuk menarik dana dari anggaran belanja kita. Harga dan tarif pun tentunya segera disesuaikan ketika lebaran tiba. Maka dari itu, berwisata  pada hari raya lebaran membutuhkan biaya yang jauh lebih mahal dibanding hari biasa, karena harga penginapan maupun barang jauh lebih tinggi.

Belajar dari lima cerita diatas, mungkinkah anggaran biaya operasional selama Ramadhan dan ‘Idul Fitri kita rencanakan jauh hari sebelumnya ?   sama seperti kita merencanakan dana qurban untuk ‘Idul Ad ha nanti ? Jawabannya adalah sangat mungkin.

Ramadhan dan Lebaran  sudah rutin kita jalani setiap tahun, sepanjang umur hidup saya, belum pernah lebaran lompat tahun, sekalipun belum pernah (itu untungnya Lebaran  tidak ditetapkan pada tanggal 29 Februari)

Karena itu, besarnya biaya yang dikeluarkan setiap Ramadhan dan Lebaran sudah kita sadari dan ketahui.  Akan lebih baik jika pengeluaran tersebut  dicatat, sehingga kita bisa membuat rencana anggaran biaya tahun berikutnya, dengan mengevaluasi mana yang prioritas dan kebutuhan, serta mana yang cuma keinginan dan gengsi. Jangan lupa untuk menambah beberapa persen dari total biaya tersebut, sebagai antisipasi terjadinya inflasi atau kenaikan harga, yang setiap tahun pasti terjadi, sama persis seperti lebaran.

Bila estimasi / anggaran pengeluaran sudah ada, maka para manajer keuangan rumah tangga dapat mulai menyisihkan secara khusus dengan cara menyimpan atau ditabungkan.  Tentunya ini diluar kegiatan menabung untuk pendidikan anak, tabungan resiko tidak terduga jangka pendek, proteksi asuransi, investasi saham atau reksadana dan lain-lain.

Butuh komitmen kuat disini, ketika angkanya mencapai jumlah tertentu,   keperluan lain atau keinginan membeli barang tertentu yang sebenarnya tidak menjadi prioritas akan sangat menggoda.

Demikianlah yang bisa kami bagi hari ini, dengan berbagi seperti ini, saya sedang mengingatkan diri saya sendiri, dan berbagi wawasan dengan anda yang mau meluangkan waktu untuk membaca dan mengomentari tulisan ini. Semoga kita diberikan umur panjang untuk bertemu Ramadhan dan Lebaran tahun depan, dengan rencana keuangan keluarga yang lebih baik.