Rasa-rasanya ...., ketika menonton siaran pers Kemenag untuk
menentukan 1 Syawal 1436 H, sepertinya baru beberapa hari saja menonton siaran pers Kemenag untuk menentukan
1 Ramadhan 1436 H baru. Waktu berlalu begitu cepat, secepat perginya uang THR
yang dibagikan pada minggu pertama bulan Juli 2015.
Ngomong tentang gajian
dan THR, yang waktunya berdekatan ~ artinya kita menerima pemasukan hampir dua
kali lipat pada bulan ini~, secara teori kita bakal punya uang lebih
pada akhir bulan. Akan tetapi, coba kita
lihat kembali rekening kita seminggu setelah lebaran. Seperti apakah kondisinya ? Adakah sisa anggaran yang bisa kita alokasikan
untuk saving ? atau ternyata kurang lebih sama seperti kondisi kas sebulan yang
lalu ? atau bahkan justru defisit karena banyaknya biaya tak terencana ?
Ayo...., ndak ada salahnya kita review ..., apa saja yang
telah terjadi dalam sebulan terakhir.
1.
Puasa adalah momen untuk menahan diri dari lapar
dan haus , sebagai refleksi dari evaluasi dan pengendalian diri terhadap segala
hawa nafsu. Tapi apa yang terjadi ?
a.
Berbuka dan sahur dengan kualitas gizi yang lebih
baik itu sungguh lebih bagus, tapi apakah jumlahnya sesuai kebutuhan atau
sesuai keinginan ? Terkadang buka puasa seperti balas dendam, 2 mangkuk sop
buah ludes dalam 5 menit sebelum shalat magrib (itu saya.... ndak tau kalau
yang lain). Jika tidak sedang puasa, sop buah 1 mangkuk juga belum tentu seminggu
sekali kita nikmati. Sahur pun begitu..., kalo lauknya ndak istimewa rasanya
ndak “greng...” , padahal kalau sarapan pagi biasanya cukup nasi uduk polos.
b.
Iming-iming segala macam jajanan yang digelar
diberbagai tempat, yang khusus muncul di
bulan ramadhan juga sangat menggoda iman . Rasanya semua mau diborong dan
dimakan, kalau ndak beli rasanya kok aneh, wong dalam setahun cuma sebulan
munculnya. Jelas itu semua ndak gratis,
ada anggaran keuangan yang terlibat disitu.
2.
Godaan berikutnya adalah dari para saudagar ,
melalui marketingnya yang handal dan mumpuni, menggoda kita untuk untuk membeli
baju baru, sandal baru, sepatu baru, furniture baru, alat dapur baru dan
keperluan lain untuk hari raya. Konon ada cerita bahwa omset penjualan sebelas
bulan bisa dikalahkan oleh penjualan sebulan menjelang Idul Fitri.
3.
Pada minggu kedua bulan Ramadhan, kita mulai hobi berkunjung dari satu toko ke toko lain, satu
mall ke mall yang lain, untuk memilih dan membeli baju lebaran , juga keperluan untuk pulang kampung termasuk
oleh-oleh untuk keluarga dan kerabat yang ada di kampung halaman.
4.
Karena ingin dianggap sebagai orang yang
berhasil selama berada di tanah rantau, kadang kita tergoda juga untuk membeli gadget baru, perhiasan baru atau membeli
kendaraan baru untuk dibawa mudik.
5.
Berlibur di tempat wisata saat hari raya adalah salah
fenomena yang juga berkembang seiring tradisi mudik. Para pemilik tempat wisata
juga tak mau kehilangan kesempatan untuk menarik dana dari anggaran belanja
kita. Harga dan tarif pun tentunya segera disesuaikan ketika lebaran tiba. Maka
dari itu, berwisata pada hari raya
lebaran membutuhkan biaya yang jauh lebih mahal dibanding hari biasa, karena
harga penginapan maupun barang jauh lebih tinggi.
Belajar dari lima cerita diatas, mungkinkah anggaran biaya
operasional selama Ramadhan dan ‘Idul Fitri kita rencanakan jauh hari sebelumnya
? sama seperti kita merencanakan dana
qurban untuk ‘Idul Ad ha nanti ? Jawabannya adalah sangat mungkin.
Ramadhan dan Lebaran sudah rutin kita jalani setiap tahun, sepanjang
umur hidup saya, belum pernah lebaran lompat tahun, sekalipun belum pernah (itu
untungnya Lebaran tidak ditetapkan pada tanggal
29 Februari)
Karena itu, besarnya biaya yang dikeluarkan setiap Ramadhan dan
Lebaran sudah kita sadari dan ketahui. Akan
lebih baik jika pengeluaran tersebut dicatat,
sehingga kita bisa membuat rencana anggaran biaya tahun berikutnya, dengan
mengevaluasi mana yang prioritas dan kebutuhan, serta mana yang cuma keinginan dan
gengsi. Jangan lupa untuk menambah beberapa persen dari total biaya tersebut,
sebagai antisipasi terjadinya inflasi atau kenaikan harga, yang setiap tahun
pasti terjadi, sama persis seperti lebaran.
Bila estimasi / anggaran pengeluaran sudah ada, maka para manajer
keuangan rumah tangga dapat mulai menyisihkan secara khusus dengan cara
menyimpan atau ditabungkan. Tentunya ini diluar kegiatan menabung untuk pendidikan
anak, tabungan resiko tidak terduga jangka pendek, proteksi asuransi, investasi
saham atau reksadana dan lain-lain.
Butuh komitmen kuat disini, ketika angkanya mencapai jumlah
tertentu, keperluan lain atau keinginan membeli barang
tertentu yang sebenarnya tidak menjadi prioritas akan sangat menggoda.
Demikianlah yang bisa kami bagi hari ini, dengan berbagi
seperti ini, saya sedang mengingatkan diri saya sendiri, dan berbagi wawasan
dengan anda yang mau meluangkan waktu untuk membaca dan mengomentari tulisan
ini. Semoga kita diberikan umur panjang untuk bertemu Ramadhan dan Lebaran
tahun depan, dengan rencana keuangan keluarga yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar