Selasa, 08 Februari 2011

Mempercayai ramalan ?

Tadi pagi pak Mario Teguh menulis di FB, bahwa waktu kuliah beliau pernah diramal oleh seorang temannya dengan cara melihat garis tangan. Ramalannya buruk, "Nggak iso sugih..!" (nggak bisa kaya).

Beliau cerita, bahwa selama tiga detik setelah mendengar kalimat itu nyalinya menciut. Tapi pada detik keempat, sang nyali sudah kembali lagi karena keyakinannya pada Tuhan.

Sungguh hebat kalau ternyata nyali pak Mario hanya menciut selama 3 detik. Kalau hal itu terjadi pada saya, mungkin bisa berhari-hari dan berminggu-minggu, atau mungkin malah mengendap menjadi ketakutan yang terpendam dalam relung hati tanpa bisa dilenyapkan.

Pada dasarnya tidak ada seorangpun yang dibenarkan untuk meramal nasib dan kehidupan seseorang, apakah itu ramalan yang 'baik' maupun ramalan yang buruk.

Akibat logis yang terjadi saat seseorang mempercayai ramalan adalah terpengaruhnya kepercayaan,iman, mental, cara berpikir dan juga perilaku.

Jika ramalaan itu 'baik', mungkin semangat dan motivasinya akan meningkat luar biasa, meskipun secara iman dan mental sangat mengkhawatirkan. Karena yang dipercaya adalah sang peramal, bukan Sang Pemberi Hidup.

Lebih menyedihkan, jika ramalan itu buruk. Orang yang mempercayai ramalan ini bisa jadi langsung drop semangat hidupnya. Pikirannya (baik pikiran sadar maupun bawah sadar) pun akan terfokus pada ramalan yang buruk tersebut. Dan bisa jadi hal buruk itu menjadi kenyataan.

Kenyataan terjadi bukan karena kebenaran ramalan, tetapi karena rusaknya mental dan pikiran, yang selalu mengarah pada ramalan buruk tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar