Selasa, 27 April 2010

Dinamis atau tidak terarah ??

Banyak orang tua (baca: dewasa)sering bertanya kepada anak-anak, terutama usia TK atau awal SD. " Cita-citamu apa sayaang... ?" Jawabannya macem-macem dan sering berubah - ubah. Kenapa yaa ? wajar aja...., namanya juga anak-anak, jadi jawabannya ya tergantung apa yang jadi trend saat itu.

Anak saya sudah berkali -kali ganti cita-cita. Pernah punya cita - cita ingin jadi tukang fogging karena saat itu lagi trend pengasapan nyamuk. Pernah juga pengin jadi polisi, karena saat itu lihat polantas dengan pakaiannya yang gagah di jalan raya. Yang terakhir, ingin jadi Spiderman. Disini mulailah sikap dan perilaku berbahaya muncul, yaitu kepingin digigit laba-laba warna biru supaya bisa jadi spiderman, bisa loncat sana-loncat sini dengan bergantung pada sarang yang keluar dari tangan, persis yang di film.

Susah payah menjelaskan bahwa itu hanya ada di film, tetap saja si anak bertanya tentang jenis laba-laba warna biru. Keinginannya saat ini adalah, pengen bisa ke Amerika untuk ketemu sama pemeran Spiderman.


Dunia anak memang lucu, menyenangkan, dinamis, sekaligus menimbulkan kekhawatiran.


Yang jadi uneg-uneg adalah, sampai usia kapan anak-anak akan mempunyai cita -cita yang mapan dan tidak aneh-aneh. Perubahan cita-cita dan impian masa kecil memang menunjukkan betapa dinamisnya tumbuh kembang anak. Tapi kapan dan bagaimana kita sebagai orang tua mesti membimbing dan mengarahkan anak agar punya cita-cita yang baik dan sesuai dengan kemamuan dan keistimewaan anak ? Siapa bisa bantu...?

Sabtu, 24 April 2010

Lomba jadi orang kaya

Salah satu dagangan majalah FORBES adalah daftar kekayaan orang-orang kaya di seluruh dunia. Memang kreatif.....

Kata orang, syarat pokok menjadi kaya adalah kemampuan untuk mengubah benda apapun menjadi uang. Seperti sih usil amat yaa..., ngintip-ngintip kekayaan orang. Tapi justru disinilah uniknya pemilik forbes dalam menyulap informasi jadi uang. Kalimat "10 Richestman In The World" dalam headline majalahnya menjadikan banyak orang (pembeli majalah) menjadi penasaran. Semakin banyak orang yang penasaran maka semakin banyak pula yang beli, semakin banyak pula duit pemilik Forbes.

Kalau di Jawa dulu Sunan Bonang mengubah kolang-kaling jadi untaian emas dan membuat Sunan Kalijaga dan banyak orang terkagum-kagum, maka juragan Forbes tadi mampu mengubah keusilannya menjadi tumpukan emas. Inilah salah satu cara orang orang Amerika menyulap sesuatu jadi emas, dengan cara yang cerdas.

Mungkin kesepuluh orang tadi tak ada niat untuk saling berlomba mengumpulkan kekayaan, tapi gara-gara kelakuan tadi maka seakan mereka saling berlomba, dengan Forbes sebagai juri, yang secara tanpa disadari hal itu diakui banyak orang, dan apa yang dikatakannya dianggap legitimate. Karena sampai saat ini belum pernah terdengar ada yang protes karena tidak ditempatkan di nomor satu.

Mungkin ini lomba yang paling anteng, tanpa diprotes oleh pesertanya. Kecuali mungkin Forbes berani menampilkan kecurangan-kecurangan yang dilakukan orang kaya tadi.

Ngomongin orang kaya emang lebih enak.... besok dilanjut.

Selasa, 13 April 2010

Pembebasan tanah

Tadi baca advertosial sebuah perusahaan developer rumah mewah dan kondominium di Njakarta. Disitu diomongin bahwa saat ini sedang dilakukan proses pembebasan tanah untuk keperluan perluasan cluster perumahan mewah yang sangat diminati konsumen.

Terus terah terang terus, saya sesungguhnya terkaget-kaget dengan istilah "pembebasan" tanah ini. Saya jadi inget dulu pernah kerja di perusahan yang banyak "makan" tanah, disitu ada Departemetn yang diberi nama Land Acquisition, yang menurut pengertian saya berarti tim akuisisi tanah. Akuisisi bisa berarti pengambilalihan, pemindahan hak atau penguasaan atas suatu obyek tertentu, baik dengan proses pembelian yang wajar ataupun dengan cara yang lain. Istilah ini masih jujur dan bisa dibilang nggak nganeh-anehi.

Kembali ke istilah pembebasan tanah tadi, istilah pembebasan memunculkan arti bahwa pada saat itu tanah dalam kondisi tidak bebas, alias banyak dihuni benalu atau penyakit yang mesti disingkirkan. Artinya para pemilik tanah yang asli ini jadi dianggap hama, benalu atau apa ?

Mbok iyaooo...., jangan pakai istilah pembebesan tanah gitu lho...., rasanya istilah pembelian lahan warga atau apa gitu lebih manusiawi, nguwongke dan berbudaya.
Salam.