Pada tanggal 4 Oktober lalu, seorang teman mengirim sms, bunyinya :
"Terjadi gempa Pariaman pertama pukul 17:16, kmdn gempa susulanya 17:58, dan berikutnya di Jambi pukul 8:52. Cb dibaca terjemahan di Al Qur'an no. Suarat dan Ayatnya.(QS. 17:16)(Q,S .17.58)."
Waktu itu, saya hanya jawab "Ok, terimakasih", tanpa saya tindak lanjuti.
Tapi sehabis shalat Maghrib, terjadi sedikit diskusi tentang sms tersebut, yang ternyata juga beredar pada beberapa orang teman. Kesimpulannya sederhana, gempa tersebut semata sebuah musibah yang terjadi atas kehendak Allah, yang diturunkan melalui pergeseran kulit bumi. Menurut para ahli, daerah tersebut memang termasuk daerah potensi gempa, yang setiap saat bisa saja terjadi secara periodik, ada yang puluhan tahun, atau bahkan ratusan tahun.
Besak paginya, terjemahan Al Qur'an yang mengaitkan jam kejadian gempa tersebut beredar di internet kantor. Mungkin sebuah kebetulan, kalau ternyata ayat yang dimaksud menyatakan tentang azab yang Allah turunkan. Jawaban dan komentar pun saling bersahutan.
Tetapi satu komentar seorang teman, yang membuat saya tersentuh. Bahwa tidaklah sepantasnya kita menganggap, atau bahkan menilai, bahwa gempa tersebut merupakan azab yang Allah turunkan disana. Karena kita samasekali tidak berhak untuk menilai, apakah seseorang atau sekelompok orang pantas untuk diberikan azab. Adalah sebuah ironi, kalau kita begitu teganya menganggap bahwa saudara-saudara kita di Sumatera Barat sana sebagai sekelompok orang seperti yang tersebut dalam ayat yang dikait-kaitkan tadi.
Hanya Allah lah yang tahu, kenapa hal tersebut harus terjadi. Justru mungkin Allah sedang menguji, sebatas mana empati kita terhadap saudara-saudara kita yang ditimpa bencana ?
Hanya Allah yang tahu ..........